ArticlesDecember 7, 2020by skytree

Strategi Branding, Satu Langkah Utama untuk Mencapai Tujuan Bisnis

Dalam #BincangDigital kali ini, Marsha Hamdani berusaha mengupas pertanyaan tersebut bersama serangkaian pertanyaan lainnya yang dapat membantu perjalanan bisnis melalui branding. Simak wawancara berikut untuk mendapatkan gambarannya!

Dalam perjalanan bisnis, pemasaran tentunya merupakan hal yang signifikan untuk terus diupayakan demi meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Namun sebelum mencapai hal tersebut, terdapat elemen lain yang tidak kalah pentingnya untuk mempererat kedekatan perusahaan dengan konsumen, yaitu Brand. Sebagai identitas yang merepresentasikan perusahaan, Brand menjadi satu aspek utama bagi perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya.

Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud dengan Brand? Seberapa pentingkah strategi branding dalam mencapai target audiens? Bagaimana langkah awal untuk memulai strategi branding?

Dalam #BincangDigital kali ini, Marsha Hamdani berusaha mengupas pertanyaan tersebut bersama serangkaian pertanyaan lainnya yang dapat membantu perjalanan bisnis melalui branding. Simak wawancara berikut untuk mendapatkan gambarannya!


T: TalkDGTL | M: Marsha Hamdani

T: Sebelum membahas lebih jauh tentang Brand Strategy, pengertian brand itu apa ya, Kak?

M: Pertanyaan ini sebetulnya menarik sekaligus membingungkan. Karena kalau kita searching di Google dan ketemu 10 artikel soal ini, versi jawabannya bisa jadi sama dengan jumlah artikelnya. Teman-teman desainer mungkin akan jawab brand itu berhubungan dengan logo, konsistensi identitas visual, dan sebagainya. Marketers bisa punya 1001 jawaban, mulai dari yang sangat frameworky seperti penciptaan Brand Equity dan Customer Loyalty, sangat filosofis seperti membangun value emosional, hingga yang sangat practical. Jadi, sebetulnya yang mana yang benar?

Buat saya, brand itu gabungan dari semuanya, ditambah dengan apa yang kamu pribadi percayai. Brand itu melambangkan persona sebuah organisasi. Kalau kita ibaratkan dengan seorang manusia, merek adalah nama yang diberikan orangtua dalam hal ini sebagai pemilik bisnis, ke anaknya sebagai organisasi. Sama seperti seorang manusia, yang berusaha dilakukan oleh brand adalah menemukan identitas mana yang paling nyaman buat mereka dalam berbagai tahapan kehidupan, sekaligus membangun koneksi dan kepercayaan dari orang-orang yang punya frekuensi sama dengan mereka. Bedanya, kalau yang dicapai manusia dengan koneksi adalah social needs atau aktualisasi, yang dicapai oleh brand adalah business goals.


T: Kalau terkait suatu bisnis dan brand kan dalam sebuah bisnis juga melakukan strategi branding ya, Kak. menurut Kakak melakukan strategi branding itu apakah penting atau tidak?

M: Penting. Tanpa strategi branding, sebuah produk hanya akan jadi komoditas. Yang suka sering salah kaprah itu sebetulnya orang menganggap strategi branding sebatas pembuatan logo dan konsistensi visual. Lebih sering lagi, orang menganggap strategi branding hanya untuk produk mahal atau eksklusif. Padahal strategi branding itu cakupannya luas sekali.


T: Cakupan strategi branding itu luas seperti apa, Kak?

M: Kalau kita bicara dari sudut pandang yang lebih luas, strategi branding itu harus mendukung tujuan bisnis. Ini bukan semata-mata soal logo yang mudah dikenali ataupun desain yang menang penghargaan, tapi soal bagaimana sebuah strategi branding dibuat secara kontekstual untuk organisasi di industri, tingkat maturity, dan skala bisnis apapun.

Kalau kita bicara startup misalnya, strategi branding biasanya dititikberatkan pada bagaimana brand mereka dikenal dengan luas oleh orang yang tepat. Sebelum buat strategi, coba pahami dulu industri dan kompetitornya: industrinya sedang berkembang atau stagnan? Kompetitornya agresif atau tidak? Apakah sudah ada market leader utama di industri? Ini sering sekali dilupakan oleh pelaku bisnis baru. Padahal, brand yang punya daya saing di industri justru harus mengetahui dia mau diposisikan sebagai apa: pilihan yang lebih murah? Alternatif yang lebih baik? Satu-satunya solusi? Atau apa? Ini nantinya perlu diturunkan lagi ke saluran dan cara komunikasi apa yang paling masuk akal untuk masuk ke pasar.

Kenyataannya, kadang-kadang ini tidak cuma satu. Brand baru sering kali terpaku ke satu panduan visual atau gaya komunikasi yang sudah dirancang di awal. Padahal kalau gaya ini terbukti membatasi ruang gerak bisnis, pemilik bisnis harus terbuka untuk melakukan eksperimen visual maupun gaya bahasa yang berbeda-beda hingga brand bisa menemukan gaya yang paling pas untuk menggarap audiens-audiens yang potensial.

Konteks lain, kalau kita bicara organisasi yang sudah mature di industri yang sedang berkembang, mungkin yang perlu dilakukan adalah meningkatkan agresivitas komunikasi supaya bisa memperluas basis konsumen sekaligus supaya tidak kalah dengan kompetitor baru. Mungkin yang jadi pertanyaannya adalah bagaimana kita mengaktivasi konsumen-konsumen yang sudah kita punya untuk melakukan pembelian ulang atau merekomendasikan kita ke konsumen potensial? Apakah ada solusi dari kompetitor yang harus diantisipasi entah dengan perluasan produk atau jasa, penguatan positioning, dan sebagainya?

Jadi, pemilik bisnis dengan brand yang sudah mature pun harus tetap sensitif dengan perubahan di pasar. Dari dua contoh sederhana itu, saya tarik satu hal yang tidak kalah penting: strategi branding itu harus fleksibel. Dengan konteks bisnis yang pasti berubah-ubah, kita tidak bisa hanya mengandalkan strategi yang pernah bekerja. Perlu diingat bahwa strategi yang dibuat sebelumnya belum tentu relevan di lingkungan yang baru.


T: Terkait strategi branding itu harus fleksibel, di titik apa atau kapan sebetulnya aktivitas Brand Strategy itu mulai dibuat atau diubah?

M: Tentunya strategi branding harus diubah setiap dirasa perlu. Motivasinya bisa tujuan bisnis baru, kompetisi baru, audiens baru, produk baru, hingga data atau bahkan informasi baru mengenai hasil strategi sebelumnya. Penting juga diingat bahwa strategi ini tidak harus selalu flashy atau perlu effort yang besar. Kadang-kadang strategi yang paling sederhana bisa jadi punya efek paling besar.


T: Kalau dari tadi kita bahas untuk suatu organisasi atau perusahaan ya Kak dalam industri tertentu. Kalau buat teman-teman yang baru mau menjalankan strategi branding secara mandiri di bisnis mereka, apa saja ya tips and trick-nya, bagaimana langkah awal mulai untuk membuat strategi branding

M: Langkah awalnya yang itu tadi, memahami konteks eksternal maupun internal bisnis. Eksternal berhubungan dengan industri, kompetitor, dan pasar; internal lebih ke apa yang jadi proposisi utama bisnis, bagaimana bisnis mau diposisikan agar bisa bersaing di pasar, dan aset atau liability apa yang saat ini dimiliki bisnis.

Kalau budget kita sedikit, tidak ada anggaran untuk melakukan survei, FGD, atau beli report untuk memahami konteks eksternal, sebenarnya ada beberapa cara yang kita bisa coba untuk memahami hal-hal tersebut lewat platform digital. Yang sederhana saja, mulai dari cari tahu kompetitor via Google Search maupun SimilarWeb, melihat ada yang mencari produk kita atau tidak lewat Google Trends dan Google Keyword Planner, memahami kecenderungan audiens dari Facebook Audience Insight, dan sebagainya.

Kita juga sebenernya bisa lihat bisnis kita punya aset-aset yang bisa digunakan untuk mempercepat proses kita di digital atau tidak? Apakah kita sudah punya database email customer yang bisa di reach-out kembali lewat email atau iklan remarketing? Punya penghargaan yang perlu di blow-up di digital? Punya testimonial? Atau kadang-kadang malah harus mulai dengan mengatasi hal-hal negatif yang dibicarakan orang soal bisnis kita di internet. Semua ini harus dimasukkan ke dalam perencanaan strategi supaya apapun yang kita lakukan kontekstual sesuai kondisi nyata.

Poin-poin penting:
  • Brand melambangkan persona sebuah organisasi.
  • Brand perlu menemukan identitas paling sesuai untuk perusahaan dalam berbagai tahapan kematangan organisasi.
  • Tanpa strategi branding, sebuah produk hanya akan menjadi komoditas. Strategi branding dibuat secara kontekstual untuk organisasi di industri, tingkat kedewasaan, dan skala bisnis apapun.
  • Strategi branding harus fleksibel. Dengan konteks bisnis yang pasti berubah-ubah, perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan strategi yang pernah bekerja. Perlu diingat bahwa strategi yang dibuat sebelumnya belum tentu relevan di lingkungan yang baru.
  • Strategi ini tidak harus selalu perlu usaha yang besar, namun terkadang strategi yang paling sederhana bisa jadi punya efek paling besar.

.